Text
D41- Kombinasi Kurkumin dan Kaempferol Yang Berpotensi Sebagai Antimalaria (Maulana Yusuf Alkandahri; Prof. Dr. Anas Subarnas, M.Sc; Dr.rer.nat. Afiat Berbudi, dr. M.Kes)
Munculnya parasit yang resisten terhadap obat antimalaria menjadi salah satu tantangan terbesar bagi pengendalian malaria saat ini. Strategi dalam menangani resistensi tersebut adalah dengan mencari senyawa antimalaria baru yang berasal dari tumbuhan obat. Salah satu senyawa aktif dari bahan alam yang memiliki aktivitas antimalaria adalah kurkumin dan kaempferol. Saat ini, kombinasi obat antimalaria yang baru sangat dibutuhkan, kombinasi obat tersebut dapat meningkatkan efektivitas dalam pengobatan malaria. Pengobatan kombinasi adalah penggunaan dua atau lebih obat antimalaria secara simultan, masingmasing obat tersebut mempunyai cara kerja yang independen dan mempunyai target biokimia yang berbeda terhadap parasit. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah aktivitas antimalaria kurkumin dan kaempferol secara in silico. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menelaah aktivitas antimalaria secara in vivo, menelaah aktivitas hepatoprotektif, menelaah aktivitas antiinflamasi, menelaah eksperimen malaria serebral, dan menelaah gambaran histopatologi dari pemberian kurkumin, kaempferol, serta kombinasi kurkumin dan kaempferol pada mencit yang diinfeksikan Plasmodium berghei ANKA.
Pengujian aktivitas antimalaria secara in silico dilakukan dengan metode structure-based drug design. Sementara itu, pengujian aktivitas antimalaria secara in vivo menggunakan metode Peter’s (four days test) dengan P. berghei ANKA sebagai agen penginfeksi. Untuk menganalisis sifat kombinasi kurkumin dan kaempferol dilakukan dengan metode Combination index (CI) dan untuk menganalisis tingkat kelangsungan hidup hewan uji paska infeksi parasit malaria menggunakan kurva Kaplan meiyer. Selanjutnya, pengujian aktivitas hepatoprotektif menggunakan fotometer HumaLyzer 2000 untuk mengukur konsentrasi AST dan ALT, pengujian aktivitas antiinflamasi menggunakan metode ELISA untuk mengukur konsentrasi TNF-α dan IFN-ℽ, pengujian
eksperimen malaria serebral menggunakan metode ekstravasasi zat warna kedalam otak dengan pemberian injeksi i.v larutan Evans Blue, dan histopatologi organ hati, limpa, dan otak di uji dengan metode pewarnaan hematoksilin dan eosin.
Hasil pengujian aktivitas antimalaria secara in silico menggunakan metode structure-based drug design menunjukkan bahwa kurkumin dan kaempferol dapat menghambat secara kompetitif dengan 2-phosphoglycerate terhadap reseptor triose-phosphate isomerase (1O5X). Sementara itu, hasil pengujian aktivitas antimalaria secara in vivo menunjukkan bahwa kurkumin, kaempferol, serta kombinasi kurkumin dan kaempferol memiliki aktivitas antimalaria pada mencit yang diinfeksikan P. berghei ANKA, yang ditunjukkan oleh penghambatan pertumbuhan parasit yang lebih besar daripada kontrol negatif, semakin besar dosis yang diberikan, maka semakin meningkat persentase penghambatannya.
Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan Combination index, kombinasi kurkumin dan kaempferol dengan dosis kombinasi 40 mg/kg + 80 mg/kg BB mencit dan 40 mg/kg + 40 mg/kg BB mencit memiliki sifat kombinasi yang sinergis, dengan nilai Combination index masing-masing kombinasi sebesar 0,08217 dan 0,07999. Pemberian kurkumin, kaempferol, serta kombinasi kurkumin dan kaempferol juga mampu meningkatkan mean survival time mencit bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Pada pengujian aktivitas hepatoprotektif dan antiinflamasi, pemberian kurkumin, kaempferol, serta kombinasi kurkumin dan kaempferol mampu mencegah peningkatan konsentrasi AST dan ALT, serta mencegah peningkatan konsentrasi TNF-α dan IFN-ℽ secara bermakna (p
No copy data
No other version available