Text
D34- Studi Peran Apoteker Dalam Kolaborasi Interprofesi Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien Rawat Jalan Kanker Payudara di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung (Dea Anita Ariani Kurniasih; Prof. Dr. Anas Subarnas, M.Sc; Dr. Elsa Pudji Setiawati, MM., dr)
Menurut data Globocan 2020, kanker payudara merupakan salah satu penyebab utama kematian pada wanita yang penyebabnya multifaktorial. Faktor risiko seperti merokok, alkohol, banyaknya anak, usia dini mulai menstruasi, konsumsi obat hormonal merupakan faktor risiko yang jarang di Asia Tenggara. Faktor risiko kanker payudara akan semakin besar seiring dengan bertambahnya usia dan adanya riwayat kanker payudara di keluarga. Kanker payudara lebih baik ditangani dalam kolaborasi multidisiplin, akan tetapi dampak kolaborasi antara profesional kesehatan pada perawatan pasien, kelangsungan hidup dan kepuasan masih belum jelas. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis faktor risiko yang terdapat pada pasien kanker payudara periode tahun 2017-2019, menganalisis faktor risiko yang memengaruhi terjadinya kanker payudara pada pasien rawat jalan periode tahun 2022, mengeksplorasi persepsi pasien kanker rawat jalan kanker payudara terhadap implementasi kolaborasi interprofesi dalam pelayanan kesehatan, mengeksplorasi persepsi tenaga kesehatan (dokter spesialis bedah onkologi, perawat, apoteker, psikolog dan case manager) terhadap implementasi kolaborasi interprofesi yang menangani pasien rawat jalan kanker payudara, menganalisis peran apoteker dalam praktik kolaborasi interprofesi pada pelayanan terapi pasien rawat jalan kanker payudara, dan menguji praktik kolaborasi interprofesi terhadap kualitas hidup pasien rawat jalan kanker payudara Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu tahap deskriptif, kualitatif, dan kuantitatif. Tahap deskriptif menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien rawat jalan kanker payudara tahun 2017-2019, tahap kualitatif dilakukan kepada pasien rawat jalan kanker payudara dan tenaga kesehatan yang terlibat. Selanjutnya pada tahap kuantitatif action research dilakukan terhadap 100 pasien rawat jalan kanker payudara sesuai dengan kriteria inklusi untuk diukur faktor risiko, kolaborasi interprofesi dan kualitas hidupnya menggunakan kuesioner EORTC (European Organization for Research and Treatment of Cancer) QLQ C-30 dan BR-23 pada siklus 1, 3, dan 6 kemoterapi. Hasil penelitian deskriptif bahwa faktor risiko terdiri atas faktor yang dapat dimodifikasi (penggunaan kontrasepsi, riwayat merokok dan status gizi) dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi (riwayat penyakit di payudara, benjolan, biopsi payudara, terapi penggantian hormon dan riwayat hipertensi, diabetes mellitus). Berdasarkan tahap action research, tidak ada faktor risiko yang memengaruhi kejadian kanker payudara tahun 2022. Tahap kualitatif persepsi pasien kanker payudara menyatakan perlunya praktik kolaborasi interprofesi, sedangkan persepsi tenaga kesehatan adalah bahwa praktik ini telah dilakukan tetapi rapat klinis belum dilakukan secara berkala. Peran apoteker terdapat pada aspek asuhan kefarmasian, artinya apoteker telah memberikan pelayanan farmasi klinik. Walaupun praktik kolaborasi interprofesi kesehatan tidak berpengaruh terhadap peningkatan kualitas hidup, tetapi faktor skala fungsional kanker payudara dari siklus 6 kemoterapi menunjukkan peningkatan nilai setelah adanya intervensi berupa konseling, informasi dan edukasi/KIE, follow-up terapi, dan telefarmasi dengan prinsip asuhan kefarmasian dari apoteker. Bagaimanapun, terdapat beberapa hambatan yang dapat dikenali dari persepsi pasien rawat jalan maupun tenaga kesehatan. Peran setiap profesional, khususnya apoteker memberikan pelayanan farmasi klinik yang berbasis asuhan kefarmasian sehingga diharapkan dapat meningkatkan luaran klinis pasien.
Kata kunci: Apoteker, Kanker Payudara, Kolaborasi Interprofesi, Penelitian Campuran, Rumah Sakit
No copy data
No other version available