Text
D33- Aktivitas Antimalaria Kombinasi Apigenin dan Asam Ursolat Secara In Vitro dan In Vivo (Faizal Hermanto; Prof. Dr. Anas Subarnas, M.Sc; Prof. Dr. Afifah B. Sutjiatmo, MS; Dr. rer. nat. Afiat Berbudi, dr., M.Kes)
Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium spp ditularkan melalaui gigitan nyamuk anopheles bentina. Siklus eritositik Plasmodium secara klinis merupakan fase kritis dan awal mula terjadinya patogenesis malaria berat seperti anemia, gangguan fungsi hati, limpa, ginjal, dan malaria serebral. Terapi kombinasi dianggap sebagai strategi utama dan pendekatan yang menjanjikan untuk mengatasi resistensi obat. Apigenin dan asam ursolat dilaporkan memiliki efek antimalarial secara in vitro, in vivo, dan in silico,. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi aktivitas antimalaria, penghambatan terhadap komplikasi malaria (anemia, gangguan fungsi hati, limpa, ginjal, dan otak), serta kajian mekanisme kerja kombinasi apigenin dan asam ursolat.
Penelitian diawali dengan pemeriksaan bahan baku, uji toksisitas akut sesuai dengan pedoman uji Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) panduan 423, studi molecular docking mengunakan metode structure based drug design, aktivitas antimalaria secara in vivo sesuai dengan metode Peter’s, pengaruh kombinasi apigenin dan asam ursolat terhadap profil darah mencit yang terinfeksi Plasmodium berghei menggunakan alat hematologi. Evaluasi histopatologi pada organ hati, limpa, dan ginjal dilakukan dengan menggunakan metode pewarnaan hematoksilin dan eosin. Pengujian terhadap fungsi hati dilakukan dengan mengukur ALT dan AST sedangkan terhadap fungsi ginjal dengan pengukuran kreatinin. Pengujian malaria serebral meliputi persen parasitemia, skor gejala neurologis dan pengujian integritas sawar darah otak menggunakan pewarna evans blue. Mekanisme kerja kombinasi apigenin dan asam ursolat diuji terhadap penghambatan β-hematin sesuai metode Huy, sedangkan pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH).
Hasil menunjukkan pada pemeriksaan bahan baku bahwa zat yang digunakan adalah benar apigenin dan asam ursolat. Uji toksisitas akut menunjukkan apigenin dan asam ursolat memiliki dosis letal >5.000 mg/kg dan dikategorikan praktis non toksis. Studi molecular docking menunjukkan apigenin dan asam ursolat dapat berinteraksi dengan beberapa reseptor Plasmepsin II , Enoyl-acyl, Triose-phosphate isomerase, dan Lactate dehydrogenase. Persen parasitemia kombinasi apigenin 75 mg/kg + asam ursolat 50 mg/kg adalah 70,91%, sedangkan kombinasi apigenin 50 mg/kg + asam ursolat 50 mg/kg adalah 63,23%. Selanjutnya dari hasil perhitungan kombinasi indek didapatkan nilai kombinasi apigenin 75 mg/kg + asam ursolat 50 mg/kg adalah 0,25 memiliki sifat kombinasi sinergis sedangkan kombinasi apigenin 50 mg/kg + asam ursolat 50 mg/kg adalah 0,97 memiliki sifat aditif. Pemberian kombinasi apigenin 75 mg/kg + asam ursolat 50 mg/kg merupakan kombinasi yang paling efektif, yang dapat mengurangi keparahan komplikasi malaria seperti anemia, memperpanjang masa hidup mencit yang terinfeksi P. berghei yaitu 26,20±1,59 hari, memperbaiki fungsi hati (ALT: 21,86±1,85 U/L; AST:110,32±5,36 U/L), limpa dan ginjal (kreatinin: 0,20±0,01mg/dL), serta dapat menurunkan keparahan dari malaria serebral (persen supresi : 40,42%, skor gejala neurologis : 2,0±0,55, waktu bertahan hidup : 7,4±0,51, dan kadar evans blue : 4,12±0,45 µg/gram otak). Mekanisme kombinasi apigenin dan asam ursolat ditunjukkan dengan adanya penghambatan β-hematin dan aktivitas antioksidan, aktivitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa tunggalnya. Kombinasi apigenin dan asam ursolat dapat disimpulkan memiliki aktivitas antimalaria yang sinergistik dilihat dari nilai kombinasi indek dengan mekanisme kerja melalui penghambatan β-hematin dan dapat mengurangi komplikasi malaria pada darah, hati, limpa, ginjal dan otak.
Kata kunci: Apigenin, asam ursolat, Plasmodium, malaria.
No copy data
No other version available