Text
D27- Aktivitas Antialopesia dan Kajian Mekanisme Molekuler Senyawa Bioaktif Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata P.) Dalam Menghambat Reseptor Androgen Berdasarkan Studi In Vivo dan In Silico (Henny Kasmawati; Prof. Dr. Resmi Mutarichie, M.Sc; Dr. Eli Halimah, MS; Prof. Dr. Ruslin, M.Si)
Alopesia merupakan kelainan dermatologis yang ditandai dengan kerontokan rambut yang tidak normal. Alopesia Androgenetik (AGA) merupakan jenis alopesia yang paling banyak terjadi yaitu di atas 90% dari kejadian alopesia.
AGA menghasilkan kerontokan rambut yang kronis, progresif, dan berpola pada pria dan wanita. Hormon androgen khususnya dihidrotestosteron berikatan dengan reseptor androgen di folikel rambut, respon berlebihan
terhadap androgen dapat memicu kerontokan rambut parah di kulit kepala yang ditandai dengan terjadinya miniaturisasi rambut dan kerontokan rambut secara progresif. Minoksidil merupakan satu dari dua obat AGA yang telah mendapat
persetujuan FDA (Food and Drug Administration). Aktivitas antialopesia minoksidil yaitu mempercepat fase anagen, memperpendek fase telogen dan meningkatkan ukuran folikel rambut. Khasiat minoksidil kurang optimal dalam mengurangi kerontokan rambut dan merangsang
pertumbuhan rambut, setelah satu tahun empat bulan pemberian minoksidil 5%, hanya sekitar 38,6% menunjukkan perkembangan pertumbuhan rambut. Iritasi kulit kepala yang dapat terjadi akibat penggunaan minoksidil topikal, khasiatnya yang kurang optimal, serta terbatasnya pilihan
pengobatan untuk pasien AGA, merupakan beberapa alasan pasien mencari pengobatan alternatif dengan menggunakan tanaman tradisional. Hal ini menjadi dasar perlu dilakukan pencarian bahan baku obat baru yang lebih efektif dan aman, bersumber terutama dari bahan alam. Daun lidah mertua
(Sansevieria trifasciata P.) secara empiris telah digunakan sebagai antialopesia. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan, menentukan dan mengungkap potensi senyawa bioaktif daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata P.) sebagai antialopesia. Pengujian aktivitas antialopesia melalui
pendekatan Bioassay Guided Isolation secara in vivo menggunakan metode Tanaka yang dimodifikasi dan metode Matias v yang dimodifikasi, dengan parameter panjang pertumbuhan rambut, gambaran mikroskopik folikel rambut, proporsi pertumbuhan rambut dan rasio anagen
telogen. Hewan uji yang digunakan dalam pengujian aktivitas antialopesia terhadap ekstrak dan fraksi daun lidah mertua adalah kelinci jantan sebanyak 4 ekor (Metode Tanaka). Punggung kelinci dicukur dan dibuat 6 plot/kompartemen yang menunjukkan kelompok perlakuan yaitu KI (kontrol,
Na CMC 1%); KII (minoksidil 2%); KIII (ekstrak etanol daun lidah mertua (DLM) 20%); KIV (fraksi n-heksan DLM 20%); KV (fraksi etil asetat DLM 20%); KVI (fraksi air DLM 20%). Metode Matias menggunakan 24 ekor kelinci yang diinduksi alopesia menggunakan hormon
dehidrotestosteron (DHT) dan ditambah 4 ekor kelinci sebagai kontrol normal. Hewan uji tersebut dibagi menjadi 7 kelompok seperti pembagian kelompok pada metode Tanaka ditambah kelompok K(-). Pengujian antialopesia pada subfraksi etil asetat dibagi menjadi 8 kelompok yaitu KI (kontrol,
Na CMC 1%); KII (minoksidil 2%); KIII (subfraksi A DLM 20%); KIV (subfraksi B DLM 20%); KV (subfraksi C DLM 20%), KVI (subfraksi D DLM 20%); KVII (subfraksi E DLM 20%) dan KVIII (subfraksi F DLM 20%). Data disajikan dalam Mean ± SD. Data dibandingkan dengan
kelompok kontrol menggunakan IBM SPSS Statistik 24 ANOVA satu arah. Identifikasi senyawa bioaktif subfraksi C, D, E dan F fraksi etil asetat DLM melalui analisis LC-MS/MS dan aktivitas penghambatan senyawa bioaktif terhadap reseptor androgen (PDB ID:4K7A) dievaluasi secara
molekuler menggunakan studi penambatan molekul dan simulasi dinamika molekul dengan membandingkan energi ikatan, interaksi, dan stabilitasnya terhadap minoksidil.
Hasil penelitian aktivitas antialopesia terhadap ekstrak dan fraksi menggunakan metode Tanaka yang
dimodifikasi dengan parameter panjang pertumbuhan rambut yaitu sebagai berikut; ekstrak etanol daun lidah mertua 20% dapat menumbuhkan rambut kelinci pada hari ke-18 sebesar 2,06 cm ±0,32 yang berbeda bermakna (p
No copy data
No other version available