Text
4154- Uji Sensitivitas Escherichia coli Resisten Isolat Klinis Infeksi Saluran Kemih Terhadap Fosfomisin, Kanamisin, Rifampisin, Seftriakson dan Vankomisin (Rikadiana; Dr. Tina Rostinawati, M.Si; Imam Adi Wicaksono, M.Si)
Resistensi antibiotik telah menjadi permasalahan klinik yang utama terhadap kualitas hidup pasien infeksi saluran kemih. Penggabungan antibiotik yang biasa digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh Escherichia coli menjadi alternatif untuk mengobati penyakit tersebut, karena obat kombinasi mempunyai pencapaian yang tinggi daripada obat tunggal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat dan perbedaan fosfomisin, kanamisin, rifampisin, seftriakson, vankomisin dan kombinasi kanamisin-sosfomisin, kanamisin-rifampisin, dan seftriakson-vankomisin terhadap E. coli resisten isolat klinis infeksi saluran kemih yang didasarkan pada hasil uji sensitivitas. Metode yang digunakan adalah eksperimental menggunakan cakram kertas dan diolah menggunakan aplikasi SPSS dan Saphiro-Wilk, serta data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan rata-rata diameter zona hambat termasuk dalam kategori sensitif, yaitu fosfomisin 38 mm, kanamisin 31,6 mm, rifampisin 28 mm, seftriakson 36,3 mm, dan vankomisin 26,3 mm. Fosfomisin pada dosis tunggal memiliki nilai paling tinggi sehingga dapat dikatakan sebagai antibiotik terbaik untuk ISK dengan rata-rata diameter zona hambat 38 mm. Pada antibiotik kombinasi, rata-rata diameter zona hambat yang dihasilkan yaitu kanamisin-fosfomisin 37,3 mm, kanamisin-rifampisin 33,3 mm, dan seftriakson-vankomisin 41 mm. Hasil tersebut menunjukan kombinasi seftriakson-vankomisin memiliki nilai paling tinggi dengan rata-rata diameter zona hambat 41 mm. Diameter zona hambat yang dihasilkan kemudian dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis dengan nilai signifikansi
No copy data
No other version available