Text
D13- Pengaruh Intervensi Konseling Apoteker Terhadap Kepatuhan, Kualitas Hidup, dan Utilitas Biaya Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 (Fajriansyah; Prof. Dr. Keri Lestari, M.Si; Auliya Iskandarsyah, M.Psi., M.Sc., Ph.D; Irma Melyani Puspitasari, MT.,Ph.D)
Prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia terus meningkat. Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) untuk penderita hipertensi dan Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) adalah strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk menekan komplikasi dan peningkatan kualitas hidup optimal pada penderitanya. Keberhasilan terapi pasien dipengaruhi tingkat kepatuhan pengobatan dan peningkatan kualitas hidup. DM merupakan penyakit kronik yang memerlukan biaya cukup tinggi karena pengobatan yang dilakukan seumur hidup. Penatalaksanaan DM berfokus empat hal yaitu edukasi, pengaturan polamakan, latihan fisik,dan pengobatan. Edukasi komprehensif berperan dalam perubahan perilaku pasien, keluarga,dan masyarakat untuk keberhasilan terapi. Salah satu bentuk edukasi adalah konseling apoteker.Penelitian ini bertujuan untuk memberikan intervensi konseling apoteker terhadap pasien DMT2 dan menganalisis serta mengevaluasi pengaruh intervensi konseling apoteker terhadap kepatuhan, kualitas hidup dan utilitas biaya pasien DMT2.
Desain penelitian ini adalah Randomized Controlled Trial dengan pendekatan two group control with pretest posttest. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01 Mei 2017 – 31 Agustus 2018 di Puskesmas Antang, Batua, Jongaya dan Tamalanrea Kota Makassar.Subjek penelitian adalah pasien PROLANIS DMT2 yang memenuhi kriteria inklusi dipilih secara randomisasi ditingkat Puskesmas dengan rancangan acak sederhana. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol (mendapatkan pelayanan farmasi standar tanpa intervensi konseling) dan kelompok intervensi (mendapatkan konseling apoteker secara sistematis). Sebelum intervensi, terlebih dahulu apoteker penanggung jawab Puskesmas dinilai keterampilan komunikasi konseling sebelum pelatihan, kemudian diikutkan pelatihan konseling, dan dinilai setelah pelatihan. Intervensi konseling apoteker diberikan secara bertatap muka (± 15 menit tiap pasien) disetiap bulan selama 6 bulan. Materi yang disampaikan sesuai modul konseling yang disusun. Kepatuhan diukur menggunakan kuesioner Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8). Kualitas hidupsecara generik menggunakan kuesioner Euro Quality of Life 5 Dimension 5 Level (EQ-5D-5L) dan spesifik menggunakan Diabetes Qualityof Life Clinical Trial Questionnaire (DQLCTQ). Efektivitas biaya diukur dengan perhitungan Average Cost Effectiveness Ratio (ACER). Pengumpulan dan analisis data menggunakan Microsoft excel dan IBM SPSS Statistics for Windows Software, version 22.0. (IBM Corp, Armonk, NY, USA).
Sebanyak 220 pasien (111 kelompok kontrol, dan 109 kelompok intervensi) memenuhi kriteria inklusi dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.Hasil rata-rata kenaikan skor kepatuhan kelompok intervensi sebesar 0,65 dengan nilai p-value=0,000, sedangkan kelompok kontrol terjadi penurunan sebesar 0,08 dengan nilai p-value=0,100. Pada perbandingan perubahan rata-rata antara kedua kelompok menunjukkan perbedaan yang signifikan p-value=0,000. Hasil penilaian hemoglobin terglikasi (HbA1c) kelompok intervensi, nilai rata-rata penurunan HbA1c sebesar 0,51% dengan nilai p-value=0,000, sedangkan kelompok kontrol terjadi peningkatan sebesar 0,42% dengan nilai p-value=0,000. Pada perbandingan perubahan rata-rata HbA1c antara kedua kelompok menunjukkan perbedaan yang signifikan p-value=0,000.
Hasil pengukuran kualitas hidup dengan kuesioner EQ-5D-5L menunjukkan bahwa kualitas hidup kelompok intervensi setelah 6 bulan konseling apoteker meningkat dibandingkan dengan kelompok kontrol pada evaluasi 6 bulan (nilai utilitas 0,63 vs 0,55 dengan nilai p-value=0,000; dan skor VAS77,01 vs 70,66 dengan nilai p-value=0,000). Perbandingan perubahan dalam skor rata-rata nilai utilitas dan skor VAS antara kedua kelompok mengungkapkan perbedaan yang signifikan dalam nilai utilitas (p-value=0,041) dan skor VAS (p-value=0,000). Hasil pengukuran kualitas hidup pasien dengan kuesioner DQLCTQ menunjukkan perbandingan perubahan dalam skor domain kualitas hidup rata-rata antara kedua kelompok mengungkapkan perbedaan yang signifikan dalam dimensi tekanan kesehatan (p-value=0,001), kesehatan mental (p-value=0,000), kepuasan pribadi (p-value=0.010), kepuasan pengobatan (p-value=0,000), efek pengobatan (p-value=0,000) dan frekuensi gejala penyakit (p-value=0,000).Hasil analisis hubungan antara tingkat kepatuhan, HbA1c, dan kualitas hidup menunjukkan perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Pasien dengan tingkat kepatuhan tinggi memiliki nilai ketercapaian HbA1c 0,254 kali (kelompok kontrol) dan 0,311 kali (kelompok intervensi dibandingkan pasien dengan tingkat kepatuhan yang rendah. Pasien dengan tingkat kepatuhan tinggi memiliki nilai utilitas0,221 kali (kelompok kontrol) dan 0,311 kali (kelompok intervensi dibandingkan pasien dengan tingkat kepatuhan yang rendah. Pasien dengan nilai utilitas tinggi memiliki tingkat ketercapaian HbA1c 4,000 kali (kelompok kontrol) dan 11,897 kali (kelompok intervensi)dibandingkan pasien dengan nilai utilitas yang rendah.Konseling apoteker cost effective dengan nilai ACER HbA1c sebesar Rp. 1.632.355, ACER MMAS-8 sebesar Rp. 1.300.783 dan ACUR QALYs sebesar Rp. 43.815.842. Berdasarkan perhitungan ICER dibutuhkan tambahan biaya sebesar Rp. 58.598 untuk menurunkan 1% HbA1C dan sebesar Rp. 75.690 untuk meningkatkan 1 skor kepatuhan MMAS-8. Sedangkan berdasarkan perhitungan ACUR dibutuhkan tambahan biaya sebesar Rp. 4.192.076/QALYs untuk mendapatkan tambahan usia 0,013 (survival years) atau 0,156 bulan.
Konseling apoteker berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan minum obat, peningkatan kualitas hidup dan peningkatan utilitas biaya pada pasien PROLANIS DMT2.
Kata kunci: Konseling apoteker, Diabetes Melitus Tipe 2,Kepatuhan, Kualitas Hidup, Utilitas Biaya
No copy data
No other version available