Text
3854- Penentuan Kadar Selenium Dalam Bawang Putih (Allium sativum) di Beberapa Kabupaten/Kota Jawa Barat Dengan Metode Fluorometri (Deti Dewantisari; Mutakin, Ph.D.; Febrina A. Saputri, M.Farm)
Selenium (Se) adalah elemen penting ditinjau dari aspek lingkungan dan biologis dalam rentang konsentrasi yang sangat sempit. Kekurangan asupan selenium memiliki konsekuensi langsung dan tidak langsung untuk kesehatan manusia. Gangguan langsung termasuk sistem kekebalan tubuh yang tidak stabil, hipotiroidisme, kardiomiopati, dan kardiovaskular. Manusia dan hewan biasanya memperoleh asupan selenium dari biji-bijian, dan sayuran yang ditanam di tanah, tanaman yang dapat mengakumulasi Se salah satunya yaitu bawang putih (Allium sativum). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan selenium pada bawang putih dari beberapa Kabupaten/Kota di Jawa Barat menggunakan metode fluorometri. Pengukuran kandungan selenium pada bawang putih didasarkan pada pembentukan kompleks piazoselenol yang merupakan hasil reaksi antara ion selenit dan DAN (2,3-diaminonapthalene). Dari hasil pengukuran, kandungan selenium dalam bawang putih diurutkan dari daerah yang konsentrasinya tertinggi sampai terendah berturut-turut sebagai berikut: Kota Tasikmalaya yaitu 69,20 ng/g, Kabupaten Ciamis yaitu 33,69 ng/g, Kabupaten Cianjur yaitu 27,74 ng/g, Kabupaten Purwakarta yaitu 26,68 ng/g, Kabupaten Kuningan yaitu 20,54ng/g, Kabupaten Majalengka yaitu 15,70 ng/g, Kabupaten Bogor yaitu 11,93 ng/g, Kabupaten Bandung yaitu 11,02 ng/g, Kabupaten Sumedang yaitu 7,70ng/g, Kota Bekasi yaitu 7,05 ng/g, Kabupaten Bandung Barat yaitu 6,06 ng/g, Kabupaten Sukabumi yaitu 4,80 ng/g, Kota Depok yaitu 3,24 ng/g, dan Kabupaten Tasikmalaya yaitu 1,38 ng/g. Hasil ini mengindikasikan bahwa bawang putih bukan merupakan tanaman yang potensial untuk bahan baku selenoherbal.
Kata Kunci : bawang putih, kompleks piazselenol, selenium, fluorometri.
No copy data
No other version available