Text
Penetapan Tingkat Resistensi Mycobacterium tuberculosis di Indonesia terhadap Berbagai Obat Antituberculosis Primer (Streptomisin, Isoniazid, Rifampisin Etambutol dan Pirazin).
Telah dilakukan penelitian penetapan tingkat resistensi Mycobacterium tuberculosis di Indonesia terhadap berbagai Obat Anti Tuberkulosis primer, yaitu : Streptomisin, Isoniazid, Rifampisin, Etambutol, dan Prirazinamid (S.I.R.E.P) menggunakan teknik radiometrik kultur BACTEC 460 TB. Bahan penelitian yang digunakan adalah sampel dahak penderita positif Tuberkulosis (TB) dari berbagai daerah di Indonesia.
Teknik radiometrik kultur BACTEC 460 TB menggunakan medium kultur cair Middlebrook 7 H 12 (BACTEC 12B) yang mengandung substrat bertanda radioaktif 14C dan dimanfaatkan untuk metabolisme kuman sehingga dihasilkan 14CO2 yang jumlahnya dideteksi secara kuantitatif sebagai nilai Growth Index (GI). Terdapatnya Obat Anti TB (OAT) dalam medium kultur akan menghambat metabolisme kuman, ditujukan oleh berkurangnya produksi 14CO2 dibandingkan dengan medium kontrol tanpa OAT. Hasil resistensi ditetapkan apabila perbandingan dengan medium kontrol tanpa OAT meningkat.
Hasil penelitian menunjukkan paling sedikit terdapat satu perbedaan bermakna tingkat resistensi Mycobacterium tuberculosis di Indonesia terdapat S.I.R.E.P dan berlaku dengan taraf kepercayaan 99,00%. Tingkat resistensi primer bervariasi antara 33,33-58,82% untuk tiap OAT primer, dan 31,37-56,86% dari hasil resistensi sekaligus terhadap 2 OAT primer atau lebih. Tingkat resistensi sekunder antara 25,49-33,33% untuk tiap OAT primer dan berdasarkan hasil resistensi sekaligus terhadap 2 OAT primer atau lebih. Kemungkinan munculnya hasil resistensi terhadap 1 OAT primer adalah 3,92%, sedangkan untuk 2 OAT primer atau lebih antara 9,80-49,02%.
No copy data
No other version available