Text
Aktivitas In Vitro Ekstrak Kulit Buah Rambutan Terhadap Bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang banyak terjadi di rumah sakit. Bakteri Methycillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan salah satu penyebabnya. Tingkat resistensi MRSA terhadap metisilin di Asia Tenggara 10-26%. Antibiotik lini kedua untuk pengobatan infeksi MRSA adalah vankomisin dan teicoplanin. Namun, efek samping dari antibiotik lini kedua ini cukup besar. Rambutan merupakan tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis. Berbagai penelitian menunjukkan adanya aktivitas kulit buah rambutan sebagai antibakteri, namun belum diuji lebih jauh terhadap bakteri MRSA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri, nilai konsentrasi hambat tumbuh minimum (KHTM) dan bunuh minimum (KBM). Metode yang digunakan adalah metode difusi agar untuk menguji aktivitas dan menentukan nilai KHTM serta KBM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah rambutan mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri MRSA. Nilai KHTM dan KBM berada pada rentang yang sama, yaitu antara 0,195-0,098%. Nilai banding konsentrasi antibiotik tetrasiklin dan ekstrak kulit buah rambutan adalah sebesar 1:50. Hal ini menunjukkan bahwa antibiotik tetrasiklin masih lebih kuat aktivitasnya terhadap bakteri MRSA dibandingkan ekstrak kulit buah rambutan. Berdasarkan pemisahan senyawa dengan kromatografi lapis tipis, diketahui ekstrak mengandung senyawa polifenol dan flavonoid.
Kata kunci : Methycillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), Rambutan, Infeksi nosokomial
No copy data
No other version available