Text
Profil Dan Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung
Demam tifoid menduduki peringkat ketiga dari 10 besar penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia pada tahun 2010. Komplikasi dan angka kematian demam tifoid menurun dengan upaya diagnosis cepat dan pemberian antibiotik yang tepat. Frekuensi penggunaan antibiotik yang tinggi tanpa diimbangi dengan ketentuan yang sesuai dapat menimbulkan dampak negatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan antibiotik pada pasien tifoid dewasa yang dirawat inap di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Data penelitian diperoleh dari rekam medik pasien tifoid dewasa yang dirawat inap di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada periode Januari - Desember 2014. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode ATC/DDD, DU90%, dan dengan menganalisis kesesuaiannya dengan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan pedoman penatalaksanaan demam tifoid. Dari 43 pasien tifoid dewasa rawat inap diperoleh total penggunaan antibiotik selama periode Januari sampai Desember 2014 sebesar 118,11 DDD/100 patient-days. Siprofloksasin merupakan antibiotika yang dipakai terbanyak yaitu sebesar 57,15 DDD/100 patient-days. Antibiotik pada segmen 90% lebih banyak dibandingkan pada segmen 10%. Di antara 5 jenis antibiotika, 4 jenis di antaranya masuk kedalam segmen DU 90% yaitu siprofloksasin (48,39%); seftriakson (35,90%); levofloksasin (5,47%); dan metronidazol (5,26%). Persentase kesesuaian penggunaan antibiotik dengan DOEN dan pedoman penatalaksanaan demam tifoid adalah 80%.
Kata kunci: Demam tifoid, Antibiotik, ATC/DDD, DU90%.
No copy data
No other version available