Text
Studi Pola Penggunaan Obat Pada Pasien Rawat Inap Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Eksaserbasi Akut Di Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode 2011-2013
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit yang menempati urutan keempat sebagai penyakit dengan angka mortalitas dan morbiditas tertinggi di dunia. Mortalitas dan morbiditas disebabkan sebagian besar oleh kejadian eksaserbasi akut pada pasien PPOK. Pasien PPOK eksaserbasi akut memerlukan perawatan di rumah sakit, sehingga perlu dilakukan tinjauan mengenai pola terapi yang digunakan selama pasien dirawat di rumah sakit agar tujuan terapi tercapai. Terapi utama terhadap PPOK eksaserbasi akut adalah bronkodilator, kortikosteroid sistemik, dan antibiotik. Peninjauan terapi dilakukan dengan menggunakan metode farmakoepidemiologi standar Anatomical Therapeutic Chemical (ATC)/Defined Daily doses (DDD) dan Drug Utilization (DU) 90%. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dari rekam medis. Berdasarkan hasil penelitian, kombinasi ipratropium bromida dan salbutamol merupakan bronkodilator yang penggunaanya tertinggi setiap tahunnya. Selain kombinasi ipratropium bromida dan salbutamol, bronkodilator yang masuk ke dalam DU 90% adalah aminofilin di tahun 2011, salbutamol, tiotropium bromida di tahun 2012, dan tiotropium bromida, aminofilin pada tahun 2013. Deksametason merupakan kortikosteroid yang pengunannya tertinggi setiap tahunnya. Kortikosteroid yang masuk ke dalam segmen DU 90% adalah deksametason dan metil prednisolon dari 2011 hingga 2013. Antibiotik yang paling banyak digunakan setiap tahunnya adalah levofloksasin. Antibiotik yang masuk ke dalam segmen DU 90% setiap tahun adalah levofloksasin, seftazidim, sefotaksim, seftriakson, klaritromisin.
Kata kunci: PPOK Eksaserbasi Akut, ATC/DDD, DU 90%, Bronkodilator, Kortikosteroid Sistemik, Antibiotik
No copy data
No other version available