Text
Analisis Kadar Kafein Dalam Biji Kopi Arabika (Coffea Arabica L.) Setelah Proses Dekafeinasi Dalam Ekstrak Air Dengan Metode Kromatorafi Cair Kinerja Tinggi
Kopi dapat mencegah beberapa penyakit kronis diantaranya diabetes mellitus tipe 2, penyakit Parkinson, dan penyakit hati (sirosis and karsinoma hepatoselular). Namun kopi juga memiliki kandungan kafein yang cukup tinggi, dimana kafein memiliki efek samping diantaranya dapat menyebabkan insomnia, iritasi lambung, peningkatan denyut jantung dan pernapasan, sakit kepala, gelisah, agitasi, nyeri dada, dan telinga berdenging. Sehingga perlu dilakukan dekafeinasi untuk menurunkan efek samping kafein. Dekafeinasi adalah pengurangan kadar kafein dari pelarut tertentu. Proses dekafeinasi dilakukan dengan menggunakan diklorometan. Penentuan kadar kafein dilakukan dengan KCKT menggunakan detektor UV 274 nm dan laju air 1,0 ml/menit. Kolom yang digunakan Enduro C-18G (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak metanol:air (37:63). Validasi metode dilakukan antara lain linieritas, akurasi, presisi, Limit Of Detection (LOD), dan Limit Of Quantification (LOQ). Kurva kalibrasi dengan rentang konsentrasi kafein 1 ppm hingga 200 ppm dengan koefisien korelasi sebesar 0,9985 dan relative standard deviation berdasarkan luas area sebesar 0,3289% serta berdasarkan waktu retensi sebesar 0,0935%. Hasil validasi kafein diperoleh dengan waktu retensi 6,36 menit. Nilai LOD yang diperoleh adalah 9 ppm dan LOQ adalah 28 ppm. Nilai % recovery kafein adalah 90,7235-102,8527%. Kadar kafein dalam kopi sebelum didekafeinasi secara berturut-turut dari Garut, Pangalengan, dan Tasikmalaya adalah 1,4558%, 1,5742%, dan 2,2823%. Kadar kafein setelah didekafeinasi secara berturut-turut dari Garut, Pangalengan, dan Tasikmalaya adalah 0,00002%, 0,0495%, dan 0,0097%.
No copy data
No other version available