Text
Formulasi Steril
DAFTAR ISI
BAB 1 RUANGAN STERIL 1
1.1 Pembagian ruangan steril 1
1.2 Persyaratan bangunan dan fasilitas ruang steril 2
1.3 Cara mendapatkan ruangan steril 3
1.4 Definisi istilah 4
1.5 bahan-bahan kimia sebagai desinfektan 5
1.6 Klasifikasi ruangan steril 9
1.7 Kebersihan ruangan steril 9
1.8 Laminair air flow (LAF) sebagai prototype ruangan steril 11
BAB 2 SEDIAAN PARENTERAL 13
2.1 Definisi 13
2.2 Persyaratan sediaan parenteral 14
2.3 Cara pemberian obat parenteral 19
2.4 Biofarmasetika obat parenteral 19
2.4.1 Obat masuk ke dalam tubuh 19
2.4.2 Farmakokinetik obat parenteral sistem ADME 21
2.5 Perhitungan kadar 28
2.6 Pengembangan formulasi 30
2.7 Zat tambahan (eksipien) dalam formulasi sediaan parenteral 30
2.8 Pembuatan produk parenteral 32
2.9 Wdah dan volume obat parenteral 36
2.10 Kemasan dan etiket 40
2.11 Tanggal kadaluarsa obat 42
BAB 3 SEDIAAN INJEKSI 45
3.1 Definisi 45
3.2 Pembuatan sediaan injeksi 46
3.3 Klasifikasi sediaan injeksi 47
3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan obat suntik 51
3.4.1 Pelarut dan pembawa 51
3.4.2 Cara pemberian 59
3.4.3 Partikel zat aktif dan bentuk polimorfisme 59
3.4.4 Zat pengawet 60
3.4.5 Bentuk sediaan 60
3.4.6 Tonisitas larutan obat suntik 60
3.4.7 PH obat suntik 65
3.4.8 Stabilitas 68
3.4.9 Volume obat suntik 70
3.4.10 Biofarmasetika 70
3.4.11 Gravitasi 71
3.4.12 Wadah dan penutup 71
BAB 4 INFUS 73
4.1 Definisi 73
4.2 Penggolongan sediaan infus berdasarkan komposisi dan kegunaannya 73
4.2.1 Infus elektrolit 73
4.2.2 Infus karbohidrat 75
4.2.3 Infus elektrolit dan karbohidrat 76
4.2.4 Larutan irigasi 76
4.2.5 Larutan dialisis peritoneal 77
4.2.6 Infus plasma expander atau penambah darah 78
BAB 5 SUSPENSI UNTUK INJEKSI 85
5.1 Definisi 85
5.2 Suspensi injeksi dalam air 57
5.3 Suspensi injeksi dalam minyak 89
BAB 6 EMULSI INJEKSI 91
6.1 Definisi 91
6.2 Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan emulsi injeksi 94
6.3 Evaluasi stabilitas emulsi injeksi 96
6.4 Uji stabilitas dipercepat 97
6.5 Penggunaan emulsi injeksi 97
6.6 Proses produksi emulsi injeksi 98
BAB 7 PIROGEN 99
7.1 Definisi 99
7.2 Pengujian bebas pirogen 101
BAB 8 STERILISASI 103
8.1 Definisi 103
8.2 Alasan melakukan sterilisasi 103
8.3 Sterilisasi sediaan injeksi dan infus 103
8.4 Metode sterilisasi 104
8.5 Cara sterilisasi 104
8.6 Macam-macam sterilisasi 108
8.7 Validasi dan monitoring 119
8.7.1 Biological indicator 120
8.7.2 Chemical indicator 122
8.7.3 Physical indicator 123
BAB 9 PENGUJIAN ATAU EVALUASI OBAT SUNTIK DAN PELAPORAN 125
9.1 Definisi 125
9.2 Kontrol kualitas obat suntik 125
9.3 Pengujian kualitas obat suntik 126
9.4 Pelaporan hasil pengujian obat suntik 129
BAB 10 OBAT MATA 131
10.1 Definisi 131
10.2 Obat mata pelarut air 131
10.3 Obat mata pelarut minyak 135
10.4 Suspensi obat mata 135
10.5 Salep obat mata 135
10.6 Penggolongan obat mata 136
BAB 11 OBAT TETES HIDUNG 139
11.1 Definisi 139
11.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan obat tetes hidung 139
BAB 12 OBAT TETES TELINGA 141
12.1 Definisi 141
12.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan obat tetes telinga 141
12.3 Penggolongan obat tetes telinga 142
No copy data
No other version available