Text
D02- Sistem Transformasi Genetik Yang Efisien Untuk Kapang Monascus purpureus ITBCC-HD-F001
Monascus purpureus atau kapang merah menghasilkan berbagai metabolit sekunder,diantaranya zat warna, monakolin K dan antimikroba. Zat warna Monascus secara tradisional digunakan sebagai bahan pewarna makanan dan kosmetik, sedangkan monakolin K diketahui mempunyai aktivitas sebagai zat antihiperkolesterolemia. Monaksidin A memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri Gram positif, tetapi metabolit sekunder ini juga bersifat karsinogen, teratogen dan nefrotoksik. Para peneliti terdahulu telah berupaya mencari cara untuk menghilangkan monasidin A dari produk fermentasi Monascus. Sejak diketahui bahwa prekursor monasidin A sama dengan prekursor zat warna, maka biosintesis metabolit toksik ini dapat dimanipulasi melalui metode rekayasa genetik. Penerapan metode tersebut memerlukan informasi mengenai sistem transformasi genetik untuk kapang M. purpureus.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh sistem transformsi genetik yang efisien, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi gen yang terlibat dalam produksi zat warna M. purpureus. Untuk mengidentifikasi gen tersebut, maka sistem transformasi ini harus menggunakan sel penerima berupa mutan non produksi zat warna, yang selanjutnya disebut mutan albino, yang diperoleh dari mutasi kapang M. purpureus galur lokal. Sistem transformasi ini menggunakan marka gen ble dalam plasmid pULJL43 serta gen hph dalam plasmid pUR5750 dan PCAMBIA1304 yang menyebabkan resistensi sel penerima terhadap plieomisin dan higromisin B. Selain itu,sistem ini menggunakan gen niaD dalam plasmid pSTA14, yang menyebabkan konversi sel penerima berupa mutan auksotrof nitrat menjadi sel prototrof.Seluruh marka tersebut ditranformasi ke sel penerima melalui metode protoplas-polietilenglikol atau melalui mediator Agrobacterium tumefaciens.
Galur induk M. purpureus ITBCC-HD-F001, yang diisolasi dari sungai cikapundung Bandung dikomfirmasi sebagai M.purpureus melalui metode random amplification polymorphic DNA (RAPD). Kapang tersebut dimutasi menjadi mutan albino menggunakan etil metan sulfonat (EMS) pada konsentrasi 2,5% v/v selama 90 menit. Stabilitas mutan ditentukan melalui uji rho-petite, uji konsistensi warna dan uji stabilitas mutan. Perubahan genetik pada mutan albino atau M.purpureus ITBCC-HD-F002 dianalisis melalui RAPD. Salah satu pita RAPD yang berukuran 1.150 pb merupakan perubahan genetik yang diakibatkan melalui perlakuan EMS. Mutan albino ini dikarakterisasi melalui pembuatan kurva pertumbuhan, kurva produksi biomassa dan kurva produksi monasidin A. Produksi monasidin A pada muatan ini lebih tinggi dibandingkan galur induknya.
Konsentrasi hambat minimum pleomisin dan higromisin B terhadap pertumbuhan mutan albino berturut-turut adalah 1 and 4 ug/mL. Mutan auksotrof nitrat atau M. purpureus ITBCC-HD-F003 dihasilkan melalui mutasi mutan albino menggunakan EMS (2,5% v/v selama 90 menit ) dan kalium klorat (0,4mM).
Penyiapan protoplas dari mutan albino dioptimasi melalui selaksi berbagai enzim pelisis. Penggunaan enzim pelisis dari Trichoderma harzianum bersama-sama selulase dan maserozim dapat meningkatkan perolehan protoplas dari 2,89x107 menjadi 9,8x108 protoplas /mL. Plasmid pULJL43 ditransformasi ke protoplas tersebut melalui metode protoplas-polietilenglikol yang menghasilkan 41,6
No copy data
No other version available