8%). Terhadap sampel darah total dari tiap kelompok sukarelawan dilakukan pemeriksaan kadar superoksid dismutase (SOD). Analisis data menggunakan metode Kruskal Wallis dan Mann-Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar SOD bermakna antara DM terkontrol baik dan buruk serta antara DM terkontrol sedang dan buruk. Namun, tidak terdapat perbedaan kadar SOD bermakna antara DM terkontrol baik dan sedang. Secara rata-rata keseluruhan terdapat penurunan kadar SOD dalam ketiga kelompok tersebut, dimana kelompok dengan rentang harga HbA1c yang lebih tinggi, mempunyai rata-rata SOD yang lebih rendah. Demikian pula sebaliknya, yaitu kelompok dengan rentang harga HbA1c yang lebih rendah memiliki harga SOD yang lebih tinggi. Dengan demikian, berdasarkan pemeriksaan kadar SOD ini dapat disimpulkan bahwa semakin buruk pengontrolan penyakit DM, kemampuan tubuh untuk menghancurkan radikal superoksid semakin rendah dan kadar SOD dapat dijadikan marker terjadinya stress oksidatif serta merupakan faktor resiko perkembangan komplikasi DM." />
Text
Kadar Superoksid Dismutase Pada Penderita Diabetes Mellitus Terkontrol Baik, Sedang dan Buruk.
Telah dilakukan penelitian mengenai "Kadar Superoksid Dismutase pada Penderita Diabetes Mellitus Terkontrol Baik, Sedang dan Buruk" dengan metode kolorimetri menggunakan alat Cobas Mira S. Pengelompokan sampel berdasarkan nilai HbA1c seperti yang tertera pada Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Indonesia oleh PERKENI Tahun 2002, yaitu kelompok diabetes mellitus (DM) terkontrol baik (HbA1c < 6,5%), sedang (HbA1c 6,5-8%) dan buruk (HbA1c > 8%). Terhadap sampel darah total dari tiap kelompok sukarelawan dilakukan pemeriksaan kadar superoksid dismutase (SOD). Analisis data menggunakan metode Kruskal Wallis dan Mann-Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar SOD bermakna antara DM terkontrol baik dan buruk serta antara DM terkontrol sedang dan buruk. Namun, tidak terdapat perbedaan kadar SOD bermakna antara DM terkontrol baik dan sedang. Secara rata-rata keseluruhan terdapat penurunan kadar SOD dalam ketiga kelompok tersebut, dimana kelompok dengan rentang harga HbA1c yang lebih tinggi, mempunyai rata-rata SOD yang lebih rendah. Demikian pula sebaliknya, yaitu kelompok dengan rentang harga HbA1c yang lebih rendah memiliki harga SOD yang lebih tinggi. Dengan demikian, berdasarkan pemeriksaan kadar SOD ini dapat disimpulkan bahwa semakin buruk pengontrolan penyakit DM, kemampuan tubuh untuk menghancurkan radikal superoksid semakin rendah dan kadar SOD dapat dijadikan marker terjadinya stress oksidatif serta merupakan faktor resiko perkembangan komplikasi DM.
No copy data
No other version available