Text
Pengaruh Remitansi dan Bantuan Sosial Terhadap Konsumsi, Kesehatan dan Pendidikan di Indonesia
ABSTRAK
Transfer publik dan privat membuat rumah tangga memiliki tambahan pendapatan
untuk melonggarkan kendala anggarannya. Remitansi yang diperoleh melalui
proses migrasi adalah salah satu dari strategi rumah tangga dalam memastikan
keberlangsungan pendapatan. Remitansi biasanya diperoleh rumah tangga yang
relatif lebih makmur, akibat adanya berbagai kendala dalam proses migrasi. Di sisi
lain, mereka yang miskin dan rentan harus puas dengan perolehan bantuan sosial
yang disediakan pemerintah. Kedua jenis transfer tersebut berpotensi untuk
mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga pada jangka pendek maupun panjang.
Menggunakan data level rumah tangga dari Indonesia Family Life Survey, disertasi
ini terdiri dari tiga topik utama yang ingin menguji secara langsung efek yang
diakibatkan oleh penerimaan remitansi dan bantuan sosial. Pada bagian pertama
ingin diketahui bagaimana akses terhadap remitansi dan bantuan sosial mungkin
mempengaruhi pola konsumsi, serta, kemiskinan dan ketimpangan pendapatan.
Menggunakan metode three-stage least square, diketahui bahwa bantuan sosial
berpengaruh positif pada konsumsi makanan dan pendidikan, sedangkan remitansi
berpengaruh pada belanja pendidikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa, hingga
batas tertentu, remitansi diperlakukan sebagai transitory income, sedangkan
bantuan sosial mengikuti pola absolute income hypothesis. Serupa dengan temuan
lainnya, dari tulisan ini diketahui bahwa kedua jenis transfer berhubungan
substitusi. Lebih jauh lagi, kedua jenis transfer berkontribusi terhadap penyetaraan
pendapatan. Namun, bantuan sosial berdampak lebih kecil sehubungan dengan
kecilnya jumlah bantuan serta adanya ketidaktepatan target (inclusion dan exclusion
error).
Penelitian kedua mencoba untuk mengekplorasi mengenai subjective well-being
yang dialami oleh rumah tangga penerima remitansi dan bantuan sosial. Pada topik
ini penulis ingin melihat lebih jauh apakah remitansi dan bantuan sosial yang
diterima mampu memberi kontribusi terhadap kepuasan hidup, konsumsi makanan,
maupun pelayanan kesehatan. Menggunakan metode ordered-probit, diketahui
bahwa mereka yang muda, perempuan, menikah, suku bangsa Jawa, berpendapatan
dan berpendidikan tinggi, memiliki aset, dan tinggal di perkotaan cenderung
memiliki tingkat subjective well-being yang lebih tinggi. Demikian pula dengan
rumah tangga penerima remitansi yang cenderung lebih tinggi tingkat subjective
well-beingnya dibandingkan bukan penerima.
Topik terakhir membahas tentang kesehatan dan pendidikan anak-anak dan remaja
yang berasal dari rumah tangga penerima remitansi dan bantuan sosial.
Menggunakan metode probit, diketahui bahwa anak dari keluarga penerima
remitansi cenderung lebih baik status gizinya dibandingkan dengan mereka yang
bukan penerima remitansi maupun anak penerima bantuan sosial. Selanjutnya
asupan gizi seimbang dan aktivitas fisik yang teratur juga turut menentukan status
gizi anak dan remaja. Sementara di bidang pendidikan, teruji bahwa anak yang
ii
berasal dari rumah tangga penerima remitansi cenderung lebih rendah angka
partisipasi sekolahnya akibat kentalnya budaya migrasi.
Kata kunci: Remitansi, Bantuan Sosial, Pengeluaran rumah tangga, Subjective
well-being, Kemiskinan, Ketimpangan, Kesehatan, Pendidikan, Indonesia
ABSTRACT
Public and private transfers allow households to earn extra income to loosen their
budget constraint. Remittances obtained by households through the migration
process are part of their strategies in ensuring income sustainability which is
received by the relatively more prosperous households, due to the various
constraints in the migration process. On the other hand, the poor rely on the social
assistance provided by the government. Both kinds of transfer potentially influence
household expenditure patterns in the short and long run.
Using household-level unit data from the Indonesia Family Life Survey, this
dissertation consists of three papers that examine the relationship between
remittances and social assistance. The first part aims to explore how access to
remittances and social assistance might affect households’ welfare and
consumption behavior, as well as, poverty and inequality. Employing a three-stage
least squares model, it is found that social assistant is positively associated with
food and educational spending, while remittances are associated with education
expenditure. Therefore, somewhat, remittances are used as transitory income and
social assistance is following the absolute income hypothesis. Similar to other
findings, I also find that the two transfers are substitutes. Furthermore, both
transfers contribute to greater equality. However, social assistance has limited
impact due to the small amount as well as the inclusion and exclusion error.
The second part tries to explore subjective well-being experienced by the receiving
transfers households. Transfers sent are usually intended to meet only material
needs. In this topic, I want to explore whether remittances and social assistance
received contribute to life satisfaction, food consumption, or healthcare. Using the
ordered-probit method, it is found that those who are young, female, married,
Javanese, have better income and education, have more assets, and live in urban
areas experience higher subjective well-being. Likewise, remittances recipient
households are better off than the non-receiver.
The last topic discusses the health and education of children and adolescents
receiving remittances and social assistance. Employing the probit method, it is
known that the remittances recipient children have better health performance than
the non-receiver or even the children who receive social assistance. Furthermore, a
balanced nutritional intake and regular physical activity also determine the
nutritional status of children and adolescents. Nevertheless, it is found that children
who came from remittances receiving households tend to have a lower level of
school participation due to migration culture.
Keywords: Remittances, Social Assistance, Household Expenditure, Subjective
well-being, Poverty, Inequality, Education, Health, Indonesia
No copy data
No other version available