Text
"Kebutuhan Lahan Untuk Konsumsi Beras Masa Depan Di Jawa Barat: Sudut Pandang Ecological Footprint"
Sebagai salah satu provinsi berkembang di Indonesia, Jawa Barat
menjadi provinsi dengan jumlah penduduk tertinggi di Indonesia. Tingginya
jumlah populasi ini, menyebabkan tingginya kebutuhan Jawa Barat akan beras
sebagai pangan pokoknya. Kebutuhan beras tersebut masih dapat terpenuhi
dengan produksi beras di Jawa Barat, namun dengan meningkatnya alih fungsi
lahan sawah menjadi tipe penggunaan lahan lainnya, ketersediaan beras di masa
depan dikhawatirkan akan terancam. Maka, tujuan studi ini adalah untuk
mengetahui berapa banyak konsumsi beras masa depan dan berapa kebutuhan
lahan yang diperlukan untuk memproduksi beras tersebut berdasarkan Ecological
Footprint (EF), serta perbandingan dengan ketersediaan lahan sawah di masa
depan. Hasil peramalan menunjukkan bahwa nilai EF konsumsi beras Jawa Barat
akan berpotongan dengan biocapacity (BC) yang tersedia pada tahun 2039 atau
titik overshoot dimana nilai EF yang dihasilkan sebesar 1.016.372,95 nsha,
sedangkan BC yang tersedia hanya sebesar 1.002.364 nsha. Lahan sawah tersedia
diramalkan akan terus menurun setelah tahun 2039 akibat alih fungsi lahan
pertanian, yang diasumsikan akan mengganggu ketersediaan beras di masa depan
Berdasarkan hasil, maka untuk menjaga ketersediaan beras Jawa Barat di masa
depan, kebutuhan lahan sawah minimal yang harus dipertahankan adalah seluas
nilai EF yang dihasilkan pada tahun 2039 atau pada titik overshoot terjadi, yaitu
624.860,412 ha sawah atau setara dengan 1.016.372,95 nsha biocapacity.
Kata kunci: ketersediaan lahan sawah, Ecological Footprint, peramalan
ABSTRACT
As one of the developing province in Indonesia, West Java emerging as the
most populated province. This high population number causing high demand of
rice as its staple food. The current West Java’s rice production is still able to meet
the demand, however, as the land used changed is spreading and threatening the
available paddy field, the future availableness of rice is threatened. Thus, the aim
of this study is to understand how much is the future rice consumption through a
forecasting and how many ha of paddy field requires to support these rice
consumption based on the Ecological Footprint (EF) calculation, and also
comparing the land requirement with the available paddy field in the future. The
forecasting result shows that EF value of West Java’s future rice consumption will
meet the biocapacity (BC) by 2039 which stated as the overshoot point. The
forecasted EF of 2039 is 1,016,372.95 nsha, while the available biocapacity is
1,002,364 nsha. The available paddy field forecasted to continue dropping after
2039, which assumed caused by land used change and interrupting rice
production. Based on these result, the minimum requirement of land need to be
protected is based on the 2039 EF value when the overshoot point is forecasted to
be happened, which resulting in value of 1,016,372.95 nsha biocapacity or
equivalent with 624,869.41 ha of paddy field.
Keyword: paddy field availability, Ecological Footprint, forecasting
No copy data
No other version available