Text
[SKRIPSI] GAMBARAN RUMINASI TERHADAP POST-TRAUMATIC GROWTH PADA MAHASISWI KORBAN KEKERASAN SEKSUAL
Kekerasan seksual menjadi isu yang disorot oleh publik pada beberapa tahun
terakhir. Kekerasan seksual menjadi kasus kejahatan yang sering menimpa
perempuan, yang mana hal ini erat kaitannya dengan kekerasan berbasis gender,
ketimpangan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan, serta budaya patriarki.
Mengingat kekerasan seksual adalah kejahatan yang dapat terjadi pada siapa saja,
maka bukan tidak mungkin bila mahasiswa juga dapat menjadi salah satu korban
dari isu tersebut. Berdasarkan data awal, ditemukan bahwa di samping berbagai
dampak negatif yang ditimbulkan oleh kekerasan seksual, korban juga merasakan
adanya perubahan ke arah yang positif dalam hidup mereka. Perubahan positif
yang dialami oleh korban sebagai hasil dari perjuangan atas peristiwa yang
traumatis ini kemudian dikonseptualisasi sebagai post-traumatic growth. Dalam
prosesnya, korban kekerasan seksual mengalami ruminasi, yaitu pemikiran yang
berulang, baik itu dalam bentuk yang tidak diinginkan maupun disengaja dalam
upaya untuk memahami apa yang terjadi. Telah ada penelitian yang membahas
mengenai hubungan ruminasi dengan post-traumatic growth pada korban
kekerasan seksual secara kuantitatif. Namun, pembahasan secara kualitatif
menjadi menarik dilakukan untuk mengeksplorasi lebih jauh lagi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi gambaran ruminasi terhadap
post-traumatic growth pada mahasiswi korban kekerasan seksual. Penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan rancangan kualitatif deskriptif.
Pengambilan data dilakukan melalui proses wawancara, dengan pedoman
wawancaranya telah melalui proses peninjauan oleh ahli. Kriteria sampel
penelitian ini adalah mahasiswi aktif yang pernah mengalami kekerasan seksual
setidaknya 6 bulan yang lalu dan memiliki total skor PCL-5 sejumlah 32 atau
lebih. Sampel penelitian ini adalah sebanyak enam orang yang diambil dengan
teknik purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan analisis tematik. Hasil
pengolahan data menunjukkan bahwa seluruh mahasiswi korban kekerasan
seksual menunjukkan adanya kelima post-traumatic growth dan dampak positif
lain berupa self-awareness. Perkembangan post-traumatic growth sendiri didorong
oleh berbagai macam faktor, dengan faktor deliberate rumination menjadi faktor
yang paling dominan. Deliberate rumination ini juga dilandasi oleh narasi
feminisme yang memperjuangkan perempuan dan melawan kekerasan seksual.
Hal tersebut bertolak belakang dengan stigmatisasi masyarakat dan budaya
patriarki yang membuat mahasiswi korban kekerasan seksual merasa buruk
setelah mengalami kekerasan seksual. Penelitian ini juga mengonfirmasi pendapat
ahli yang menyatakan bahwa intrusive rumination adalah ruminasi yang muncul
terlebih dahulu, yaitu setelah mengalami kejadian kekerasan seksual. Setelahnya,
barulah muncul deliberate rumination. Penelitian ini juga menemukan mahasiswi
korban kekerasan seksual masih dapat merasakan dampak negatif dan mengalami
intrusive rumination meskipun pada saat yang sama sudah mencapai
post-traumatic growth.
No copy data
No other version available