Skripsi
Kami Lebih Suka Bekerja (Studi Etnografi Pekerja Anak Di Ruymah Makan Pajawan Jatinangor)
Kawasan Pendidikan Tinggi (KPT) kemudian menyebabkan tumbuhnya kegiatan-kegiatan penunjang untuk memenuhi kebutuhan mahahasiswa baik di sektor formal dan sektor informal. Salah satunya adalah rumah makan yang juga membuka peluang bagi anak-anak untuk bekerja atau yang sering disebut sebagai pekerja anak. Mempekerjakan anak dapat diartikan sebagai tindak eksploitasi terhadap anak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan tentang bagaimana proses perekrutan pekerja anak dan tindakan eksploitasi serta dampak yang ditimbulkan (negatif/positif) dari anak bekerja. Teknik pengumpulan data dilakukan cara pengamatan, wawancara untuk membuat catatan etnografis dan pengumpulan data sekunder.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja anak hadir karena ada pertumbuhan peluang ekonomi, dan ada kondisi anak dari keluarga yang miskin lebih menyukai bekerja daripada bersekolah. Anak direkrut melalui jalur informal, yaitu tidak memerlukan syarat dan keahlian khusus dari jaringan tetangga atau kerabat. Terjadi tindakan eksploitasi dari tolok ukur formal (UU RI No.13 Tahun 2003) mengenai perizinan, waktu kerja, beban kerja dan upah. Dari tolok ukur informal (budaya) tidak dianggap ada eksploitasi karena anak bekerja adalah bakti terhadap keluarganya. Efek yang dirasakan dari anak bekerja dilihat dari segi kognitif, sosial, mental dan fisik sudah pasti bersifat negatif namun dari sudut pandang anak, pemilik usaha dan keluarga atau orang tua lebih cenderung bersifat positif. Sehingga hal ini menjadi pemicu adanya lingkaran setan (vicious circle) yaitu anak yang bekerja khususnya pada usia dini berasal dari keluarga yang miskin, dan lebih cenderung mengirimkan anak ke lingkungan pekerjaan dibandingkan menanggung biaya pendidikan. Hal ini akan melanggengkan kemiskinan yang dialami mereka, karena anak yang bekerja nantinya tumbuh menjadi seorang dewasa ynag terjebak dalam pekerjaan yang tidak terlatih, dan dengan upah yang sangat kecil, dan cenderung akan melakukan hal yang sama kepada anak-anak mereka karena tingkat pendidikan yang rendah yang berimplikasi pada kesadaran pendidikan ynag rendah pula sehingga anak mereka juga berpotensi sebagai pekerja anak.
Kata kunci: pekerja anak, jatinangor, eksploitasi.
No copy data
No other version available