Pengembangan Masyarakat Melalui Pendidikan Non Formal dan Ekonomi Kreatif (Studi kasus di Kampung Wisata Kreatif Dago Pojok, Bandung)
Penelitian ini tentang kegiatan pengembangan masyarakat yang digagas oleh
sebuah perkumpulan bernama Komunitas Taboo di Kampung Dago Pojok, Kelurahan
Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Penelitian ini bermaksud mengamati proses
dan hasil pengembangan masyarakat dan menganalisisnya melalui sudut pandang
antropologis.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan
desain studi kasus yang bersifat deskriptif dan menggunakan teknik observasi partisipatif,
wawancara, serta studi literatur dalam mengumpulkan data.
Dari hasil temuan di lapangan diketahui bahwa pengembangan masyarakat yang
digagas Komunitas Taboo di Kampung Dago Pojok melewati proses pengembangan
masyarakat, yaitu pengembangan kapasitas yang dijalankan melalui lima elemen penting:
pengembangan kapasitas pengetahuan masyarakat, kepemimpinan, membangun jaringan,
menghargai komunitas dan mengajak komunitas untuk bersama-sama mencapai tujuan,
dan dukungan informasi. Upaya pengembangan kapasitas tersebut berhasil
meningkaptkan pengetahuan dan daya kritis masyarakat, di sisi lain juga memicu
timbulnya kesadaran kolektif dan memperkuat modal sosial yang dimiliki.
Proses pengembangan masyarakat telah membuahkan hasil, di antaranya
tindakan kolektif dan perbaikan masyarakat dalam aspek fisik, pendidikan, sosial dan
kebudayaan. Dari dua program hasil pengembangan masyarakat yang direncanakan,
hanya “Kampung Wisata Kreatif” saja yang dimobilisasi dalam proses pembangunan
ekonomi. Namun proses pembangunan ekonomi belum maksimal dijalankan. Hal itu
karena dari grand design yang dibuat. Pembangunan ekonomi baru akan mulai fokus
dilaksanakan dari akhir tahun 2016.
Dalam studi kasus pengembangan masyarakat di Kampung Dago Pojok,
terdapat faktor sosiokultural yang membantu melancarkan program dan ada pula yang
menjadi penghambat jalannya program. Di antara faktor sosiokultural yang mendukung
dalam penembangan masyarakat adalah nilai-nilai kebersamaan dan harmonisasi yang
terwujud dalam Jargon: Silih asah, silih asih, silih asuh, faktor psikokultural: sikap
percaya diri, toleran dan terbuka serta kreatif. Sementara faktor yang menjadi
penghambat dalam proses pengembangan masyarakat diantaranya sikap mental atau daya
psikokultural yang pada umumnya teralalu menilai tinggi konsep sama-rata sama-rasa.
Akibat negatif dari sikap ini adalah apa yang disebut kecenderungan kepada
konformisme, yaitu tak boleh menonjolkan diri sendiri. Jangan maju sendri, jangan beda
sendiri. Padahal pembangunan membutuhkan manusia-manusia yang berani tampil di
depan sebagai pionir.
Kata Kunci: Pengembanagan Masyarakat, Pendidikan Non Formal, Ekonomi Kreatif,
Faktor Sosiokultural
No copy data
No other version available