Skripsi
Pelandhang Tayub : studi tentang pemimpin pertunjukan tayub di Kabupaten Nganjuk
Keberadaan pertunjukan tayub masih dapat dirasakan di masyarakat pedesaan Jawa, salah satunya di Kabupaten Nganjuk. Di Nganjuk pertunjukan tayub mengalami perubahan dengan adanya campur tangan pemerintah sehingga memunculkan aturan Tayub Padang Bulan. Pelandhang, salah satu aktor dalam pertunjukan tayub, menjadi eksekutor lapangan dalam mewujudkan ketertiban pentas tayub sesuai aturan. Pemimpin pertunjukan atau pelandhang dalam pertunjukan tayub di Nganjuk biasa disebut pramugari. Kondisi pramugari di Nganjuk kini cukup memprihatinkan karena terdegradasi serta minim regenerasi. Menjadi pramugari bukanlah perkara yang enteng. Dengan metode penelitian etnografis serta teknik pengumpulan data observasi dan wawancara, penelitian ini mencoba memahami proses menjadi seorang pemimpin pertunjukan serta cara kerja pemimpin pertunjukan memimpin jalannya pertunjukan dengan praktikpraktik yang dihasilkannya dalam pentas. Hasil penelitian menunjukan bahwa kedudukan sebagai pelandhang atau pemimpin pertunjukan didapatkan melalui proses belajar dari berbagai lingkungan. Keterikatan dengan tayub merupakan latar belakang menjadi seorang pelandhang. Syarat-syarat meliputi kemampuan teknis serta kondisi mental ditambah dengan sertifikasi pengesahan harus dimiliki untuk menjadi pelandhang. Pada tataran praktik, pelandhang melakukan berbagai praktik memimpin pentas meliputi pembukaan, pengaturan serta pengawasan pentas. Praktik pelandhang dalam pentas ditentukan oleh habitus yang berasal atau terbentuk dari dialektika antara struktur yang ada (aturan pentas tayub serta aturan budaya) serta keagenan (kehendak pelandhang).
Kata kunci : pelandhang, pertunjukan tayub, praktik, habitus.
No copy data
No other version available