Manuscript
Gambaran pemberian antibiotik pasca ekstraksi gigi oleh dokter gigi di Jawa Barat
Pendahuluan: Terdapat peningkatan peresepan antibiotik oleh dokter gigi yang
signifikan khususnya setelah tindakan ekstraksi gigi. Dokter gigi seharusnya
meresepkan antibiotik dengan bijaksana dan evidence based, akan tetapi
kenyataannya hal tersebut tidak selalu diikuti. Resistensi antibiotik merupakan
salah satu ancaman kesehatan global serius akibat penyalahgunaan antibiotik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemberian antibiotik pasca
ekstraksi gigi oleh dokter gigi di Jawa Barat. Metode: Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kuantitatif cross-sectional dengan jenis penelitian survei melalui
penyebaran kuesioner yang dilakukan secara daring dengan google form melalui
media sosial. Sampel yang digunakan berjumlah 453 responden yaitu dokter gigi
umum dan/atau spesialis yang mewakili 23 Persatuan Dokter Gigi Indonesia
(PDGI) cabang kota/kabupaten di Jawa Barat dan dipilih melalui metode nonprobability purposive sampling. Hasil: Dokter gigi di Jawa Barat masih rutin
meresepkan antibiotik pasca ekstraksi gigi dengan jenis ekstraksi gigi
sederhana/intra-alveolar/closed method (29,80%), memberikan edukasi pada
pasien terkait cara konsumsi antibiotik berdasarkan intensitas waktu yang
cenderung relatif dan tidak pasti (85,87%), memberikan antibiotik pada diagnosis
yang tidak seharusnya seperti pulpitis reversibel, pulpitis ireversibel, nekrosis
pulpa, abses periapikal akut tanpa keterlibatan sistemik, dan ekstraksi gigi vital
untuk keperluan ortodonti (45,96%), dan meresepkan Amoksisilin (31,20%) serta
Klindamisin (20,40%) sebagai antibiotik yang paling sering diberikan. Simpulan:
Masih terdapat dokter gigi di Jawa Barat yang meresepkan antibiotik pasca
ekstraksi gigi pada kondisi yang tidak selalu memerlukan penggunaan antibiotik.
Kata kunci: Antibiotik, dokter gigi, ekstraksi gigi, Jawa Barat
No copy data
No other version available