Manuscript
Hubungan Tingkat Keparahan Maloklusi dengan Status Psikososial Remaja pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
Pendahuluan: Maloklusi merupakan masalah gigi dan mulut terbanyak
ketiga di Indonesia setelah karies gigi dan penyakit periodontal. Dampak dari
maloklusi tidak hanya mempengaruhi fungsi mastikasi, bicara, dan penampilan
saja, tetapi juga dapat berdampak dari segi psikologis. Dampak psikologis akibat
maloklusi membuat penderita merasa tidak percaya diri, susah untuk beradaptasi,
tidak nyaman dalam interaksi sosial, dan kerap membandingkan dirinya dengan
orang lain. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat
keparahan maloklusi dengan status psikososial remaja sebagai dampak dari
maloklusi. Metode: Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan teknik
pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian dilakukan terhadap 100
mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran yang berusia 18-22
tahun. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Psychosocial Impact of Dental
Aesthetics Questionnaire (PIDAQ) sejumlah 23 butir pertanyaan untuk menilai
status psikososial dan indeks maloklusi Aesthetic Component (AC) dari Index of
Orthodontic Treatment Need (IOTN) untuk menilai tingkat keparahan maloklusi.
Hasil: Responden terdiri dari 87 perempuan dan 13 laki-laki dengan rata-rata usia
20 tahun. Nilai PIDAQ menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan
dengan tingkat keparahan maloklusi berdasarkan IOTN-AC, dengan nilai p-value
kurang dari 0,05 berdasarkan hasil uji Chi-square (0,0001) dan hasil uji korelasi
Spearman (0,0000). Simpulan: Terdapat hubungan berupa korelasi positif antara
tingkat keparahan maloklusi berdasarkan nilai IOTN-AC dengan status
psikososial berdasarkan PIDAQ pada usia remaja di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran.
Kata kunci: Maloklusi, psikososial, PIDAQ, IOTN-AC, remaja
No copy data
No other version available