Skripsi
Daya Antibakteri Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Terhadap Pertumbuhan Streptococcus sanguinis ATCC 10556
Pendahuluan: Streptococcus sanguinis merupakan bakteri yang dikenal sebagai pioneer colonizer pada pembentukan plak. Masyarakat Indonesia telah mengenal dan mengonsumsi tanaman herbal temulawak (Curcuma xanthorrhiza) yang diketahui memiliki aktivitas antimikroba. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) digunakan secara luas untuk kebutuhan medis namun belum banyak digunakan untuk perawatan kelainan dalam rongga mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza) terhadap Streptococcus sanguinis ATCC 10556, serta nilai banding terhadap antibiotik ampicillin dan penicillin. Metode: Metode pengujian meliputi ekstraksi rimpang temulawak dengan menggunakan etanol 96%, penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak temulawak terhadap Streptococcus sanguinis ATCC 10556 dengan metode mikrodilusi sesuai dengan CLSI (Clinical and Laboratory Standard Institute) yang dibuat dalam beberapa konsentrasi 250, 125, 62.5, 31.25, 15.625, 7.8, 3.9, dan 1.9 µg/ml, serta penentuan nilai banding ekstrak temulawak dengan antibiotik ampicillin dan penicillin. Hasil: Hasil uji KHM ekstrak temulawak terhadap bakteri Streptocccus sanguinis ATCC 10556 ada pada rentang konsentrasi ekstrak 62.5-125 µg/ml dengan nilai MIC50 pada konsentrasi 62.5 µg/ml dan MIC90 pada konsentrasi 125 µg/ml sedangkan nilai KBM pada konsentrasi 250 µg/ml. Nilai banding aktivitas antibakteri ampicillin dan penicillin terhadap ekstrak temulawak untuk S. sanguinis masing-masing adalah 1:1.6x103 dan 1:3.2x103. Simpulan: Ekstrak temulawak memiliki tingkat aktivitas antibakteri moderat terhadap Streptococcus sanguinis ATCC 10556.
No copy data
No other version available