Skripsi
Tingkat keparahan dan dampak nyeri orofasial pada anak dengan down syndrome
Anak dengan Down syndrome (Trisomi kromosom 21) memiliki kelainan proses tumbuh kembang fisik dan mental. Kelainan tersebut menyebabkan anak dengan Down syndrome memiliki perbedaan dalam mempersepsikan nyeri yang dialami, termasuk nyeri orofasial. Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat keparahan serta dampak nyeri orofasial pada anak dengan Down syndrome.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang dilakukan dengan menggunakan metode cross-sectional sebagai metode pengambilan data. Subjek penelitian ini adalah 42 anak (25 laki-laki; 17 perempuan) dengan Down syndrome yang berada pada rentang usia 8 hingga 18 tahun dan bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kota Bandung. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan �Kuesioner Nyeri Orofasial Anak dengan Down Syndrome� yang telah tervalidasi dan terdiri dari sembilan pertanyaan; satu pertanyaan mengenai lokasi nyeri orofasial, empat pertanyaan mengenai keparahan nyeri orofasial, serta empat pertanyaan mengenai dampak nyeri orofasial. Seluruh data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan tabulasi.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa anak dengan Down syndrome paling sering merasakan nyeri pada gigi (85.71%), merasakan nyeri dengan intensitas hebat (76.19%), frekuensi yang tergolong sering (71.43%), durasi yang tidak sebentar (66.67%), dan cenderung menangis ketika merasakan nyeri (69.05%). Dampak nyeri orofasial pada anak dengan Down syndrome diketahui dengan adanya keluhan gangguan aktivitas makan (83.33%), tidur (80.95%), bermain (57.14%), dan sekolah (71.43%).
Simpulan penelitian ini adalah nyeri orofasial pada anak dengan Down syndrome memiliki tingkat keparahan yang tinggi dan memberikan dampak yang sangat mengganggu dalam kegiatan sehari-hari.
No copy data
No other version available